Tuesday, May 15, 2007

ORANG _ ORANG ROMANTIS


Sungguh, seorang Romeo tak perlu mati untuk Juliet.Dan Qais tak perlu menjadi gila karena Laila. Romeo masih bisa meneruskan hidupnya tanpa Juliet. Dan Qaispun bisa tetap waras dan hidup tanpa Laila.
Tetapi itulah masalahnya. Mereka tidak sanggup, mereka berhenti di satu titik, dan menyerah. Hidup Romeo tak berarti tanpa Juliet, dan Qais memilih mati daripada kehilangan Laila. Qais memang tidak bunuh diri, tetapi ia membiarkan dirinya larut dalam kesedihan, larut dalam keterpurukan. Ia lepaskan dirinya tenggalam dalam duka sampai nafas terakhir.
Mereka adalah orang-orang romantis. Dan orang–orang romantis seringkali menjadi rapuh. Mereka punya jiwa yang lembut dan halus. Tetapi kehalusan itu terbiaskan dengan kelemahan. Qais dan Romeo mewakili tipikal laki-laki yang berperasaan halus, tetapi sangat lemah.
Sungguh, kata Anis Matta itu bukan kombinasi yangbagus. Sebab, bagaimana mungkin seorang laki-laki yang lemah bisa berdiri kokoh dalam barisan kaum muslimin untuk menegakkan kejayaan Islam. Bagaimana mungkin ia bisa ‘memanggul senjata’, menebas keburukan dan kebathilan, apalagi kedzaliman, sedangkan ia sendiri tak sanggup menghadapi badai kehidupan, yang muaranya hanya satu: hubbuddunya (cinta dunia). Cinta pada keluarga (anak dan istri/suami) , cinta pada harta, dan cinta pada kehormatan diri.
Pun sebaliknya dengan wanita. Bagaimana mungkin para lelakinya bisa tenang dalam ‘peperangan’ jika para wanitanya senantiasa merengek, menuntut, dan merajuk agar setiap saat selalu ditemani.
Dalam dada orang-orang yang romantis, perpisahan adalah saat-saat paling melankolik, saat-saat paling ditakuti. Sebab dunia menjadi sempit *gimana ga sempit, wong dunia segitu lebarnya serasa cuma buat berdua :-P*. yang diinginkan orang-orang yang romantis adalah ketenangan, kedamaian, bersama para kekasihnya.
Tetapi kehidupan tak seperti itu. Kehidupan selalu punya aturan dan kaidah yang seringkali memaksa orang-orang yang romantis itu berlepas diri dari kekasihnya.
Sedihnya, keadaan seperti itulah yang melanda sebagianbesar muslimin di hari-hari sekarang. Memilih bergumul dengan romantismenya yang rapuh. Berlindung di balik kehalusan dan kelembutan jiwa. Tetapi sebenarnya hanya menutupi kelemahan dan kerapuhan dirinya. Hingga panggilan2 Allah untuk mengangkat ‘pedang’ memerangi kebathilan yang buahnya adalah surga dan bidadari yangbermata jeli, tak lagi terdengar indah.
Tengoklah sebuah kisah. Saat kabar syahidnya syekhAbdullah Azzam disampaikan kepada istri beliau, sang istri mujahid itu hanya menjawab enteng,“Alhamdulillah, sekarang mungkin ia sedang bersenanng-senang dengan para bidadari.”
Ungkapan itu bukan karena tak ada romantisme dan kecintaan dalam dadanya. Tetapi karena segala keindahan itu telah menemukan keterarahan dan sumber energi dari Sang Pemilik Hati.

Gampang?? No!
That’s so hard! But not impossible.

3 comments:

Anonymous said...

aw, bib, ngena banget! thanx alot! artikelnya boleh saya copy paste ga buat di blog saya? nama antum saya tulis.

Mr Fajarsyah said...

tafadhol
ane juga ngambil dari tarbawi kok

Anonymous said...

Asw. Ayo para mujahdi semangat !!!! Yakin lah bahwa hanay Allah lah yang akan membalas semua jerih payah dan amaln kita!Ya...hanya Allah saya