Menuju Implementasi Nuklir di Indonesia
Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini kita menghadapi pencukupan kebutuhan energi listrik yang amat mendesak. Dibutuhkan sedikitnya 1000 Megawatt untuk mencukupi kebutuhan listrik hingga tahun 2025, karena kebutuhan energi listrik di Indonesia telah mencapai 100 Gigawatt. Nuklir kemudian mengemuka sebagai sebuah alternatif sumber energi untuk mencukupi kebutuhan energi terutama energi listrik Indonesia di masa datang.
Munculnya ide nuklir sebagai sebuah alternatif pemenuhan kecukupan energi Indonesia kemudian memunculkan pro kontra tersendiri di masyarakat dan akan memunculkan polemik yang sama di kalangan dunia internasional. Di kalangan masyarakat, tragedi Chernobyl masih menjadi tameng yang cukup ampuh untuk menghambat implementasi tenaga nuklir di Indonesia. Kita tidak bisa memungkiri dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh tragedi yang disebabkan human error tersebut. Berdasarkan data dari PBB, jumlah korban tewas diperkirakan mencapai 9000 orang akibat kanker yang dipicu bahan radioaktif. Bahkan, dalam konferensi Wina tahun 1966 terungkap bahwa efek yang ditimbulkan berdampak 650 ribu pekerja pembersih muntahan ledakan Chernobyl berisiko besar terkena radiasi tingkat tinggi, kemudian sekitar 30% orang yang berada pada jarak 30 kilometer dari Chernobyl juga terkena radiasi dalam jangka dua tahun.
Akan tetapi melihat perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya termasuk dalam sistem proteksi reaktor, harusnya mampu menjawab keraguan yang ada di masyarakat. Di Indonesia sendiri perkembangan ke arah tersebut telah lebih baik walaupun reaktor yang dipakai masih dalam skala riset. Selain itu, teknologi yang dimiliki Chernobyl jauh lebih tertinggal daripada teknologi proteksi masa kini sehingga secara umum jauh lebih aman. Adapun aspek human error yang menjadi sebab peristiwa Chernobyl bisa diatasi dengan dicetaknya SDM unggul yang berkarakter disiplin tinggi dalam pengembangan energi nuklir terutama dalam mengoperasikannya sehingga kekhawatiran tersebut tidak perlu terjadi. Tentunya pencetakan SDM seperti ini harus menjadi perhatian pemerintah kedepannya terutama kaitannya dengan optimalisasi peran institusi pendidikan sebagai wahana nation building dan character building Indonesia.
Di dunia internasional sendiri, pengembangan energi nuklir masih menyisakan polemik yang dalam, terutama kecurigaan pengembangan senjata nuklir oleh negara – negara kontra-barat. Sebenarnya, dari perjanjian non proliferasi nuklir sendiri yang bertujuan membatasi penggunaan senjata nuklir (Indonesia ikut menandatanganinya), terdapat hak untuk mengembangan nuklir untuk tujuan damai termasuk sebagai sumber energi listrik.polemik yang terjadi sebenarnya lebih didasarkan atas kecurigaan dan kekhawatiran negara – negara maju terhadap kepemilikan nuklir oleh negara – negara yang mereka anggap ‘berbahaya’, sebab seperti sama seperti memberikan pistol kepada anak kecil. Untuk kasus Indonesia sendiri, Indonesia telah mendapat izin dari IAEA untuk mengembangan energi nuklir untuk tujuan damai, tinggal bagaimana kita bisa konsisten dan komitmen untuk mempergunakannya untuk keperluan damai dan tidak tergoda untuk mengembangkannya menjadi senjata pemusnah massal.
Keuntungan yang bisa didapat dari pengembangan nuklir sebagai sumber energi amat menjanjikan. Penggunaan nuklir untuk listrik misalnya, tergolong efisien. Biaya yang dibutuhkan untuk produksi hanya sekitar 4 sen dolar AS per kWh, bandingkan dengan penggunaan minyak mentah untuk keperluan yang sama yang mencapai 11 sen dolar per kWh. Dengan harga listrik yang relatif murah, kesejahteraan rakyat bisa lebih terjamin. Selain itu, iklim investasi pun cukup cerah, kecukupan energi tentunya akan mendorong munculnya industri – industri yang diharapkan mampu mengurangi pengangguran. Dalam aspek dampak lingkungan, penggunaan energ nuklir diharapkan mampu menekan emisi karbon, namun limbah yang ditimbulkan harus menjalani treatment yang sesuai sehingga aman bagi lingkungan
Hal – hal yang harus disiapkan
Ada banyak hal yang harus sudah disiapkan menuju implementasi nuklir di Indonesia. SDM Indonesia saat ini masih dianggap kurang memadai dalam mengembangkan energi nuklir terutama dalam hal kedisiplinan. Selain itu, dalam segi penguasaan teknologi, kita masih tertinggal jauh dari negara – negara pengembang energi nuklir. Jika teknologi ini masih belum dikuasai Indonesia kemudian kita sudah beranjak ke pemanfaatan energi nuklir, maka ketergantungan akan asing akan bertambah besar dan ini tidak menguntungkan kita.
Pembenahan infrastruktur transportasi harus dilakukan pula. Hal ini sangat penting, kaitannya dengan pemerataan energi kedepannya. Salah satu sebab belum meratanya pemenuhan energi listrik di Indonesia adalah belum memenuhinya infrastruktur transportasi sehingga perjalanan antar daerah terutama menuju ke daerah indonesia bagian timur amat sulit dan mahal. Hal ini akan berefek pada membengkaknya biaya operasional dari pembangkit energi tersebut nantinya. Maka pemerintah harus membuat perencanaan strategis pola hubungan antar daerah, dan penggunaan pesawat terbang sebagai solusinya amat menjanjikan.
Selain itu pencerdasan masyarakat perlu dilakukan. Salah satu hal yang menghambat penggunaan nuklir ini adalah masyarakat yang mudah dihasut untuk menolak penggunaan nuklir dan hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mereka tentang kemajuan teknologi nuklir masa kini. Perlu penyadaran publik pada manfaat nuklir dan pelurusan persepsi terhadap penggunaan nuklir untuk menghapus aspek traumatis kasus masa lalu.
No comments:
Post a Comment